Senin, 15 Februari 2016
Bahaya Laten GOOGLE di Dunia dan Indonesia
Dosa Besar Google Terhadap Bangsa Indonesia !
Ada sebuah pertanyaan besar yang ada di benak saya setelah melihat perkembangan internet akhir-akhir ini. Rupanya pertanyaan yang sama juga ada di benak European Commission (EU) dan Federal Trade Commission (US) bahkan oleh Texas Attorney General. Apakah Google memonopoli internet?
Google CEO Eric Schmidt said this in 2009: “If you have something that you don’t want anyone to know, maybe you shouldn’t be doing it in the first place.”
Google, yang pemberkasan domainnya dilansir pada tanggal 4 September 1998, mengklaim bahwa tidak ada praktik monopoli sama sekali di bisnisnya. Walaupun demikian, secara khusus, Google mengatakan bahwa sedang berlangsung review tentang beberapa bisnisnya, termasuk DoubleClick, Admob dan ITA Software.
Masih fresh ketika dahulu, bulan April 2008, dunia digegerkan dengan rencana penggabungan Google dan Yahoo! Inc. Kalau itu benar terjadi, tak pelak akan ada monopoli besar di search engine dan sistem pemasarannya. Ini jelas bahaya karena perputaran uang di search engine akan berkutat di dua perusahaan terbesar ini. Untung gak jadi. Persis tiga jam sebelum Deparment of Justice-nya Amerika memasukkan gugatan, dealnya batal.
Sampai dengan saat ini, banyak gugatan yang mengarah ke Google dan berbagai perusahaan besar internet lainnya, seperti Facebook misalnya. Semuanya berkutat di permasalahan penggunaan data pengguna. Bahkan secara terang-terangan Facebook meng-email semua penggunanya untuk mempergunakan photo-photo untuk kepentingan bisnis Facebook. Karena kejadian ini Facebook banyak di protes penggunanya. Hell no!
Yang paling gres dari Google adalah, beberapa hari yang lalu, pengacara perusahaan ini mengajukan permohonan untuk dapat membaca email dari setiap akun GMail. Yes, Google akan membaca isi setiap email yang kita kirim melalui sistem mereka. Alesannya simpel, sedikit naif juga menurut saya : “Scanning email is simply part of the business”. Whatt??
Wait. Mungkin ada benernya juga. Disetiap akun Gmail ada text-ads yang selalu muncul. Berawal dari sini, Google ‘maksa’ ingin membaca email kita. Keahlian algoritma Google yang membaca kata, tentu saja akan sangat berguna apabila bisa mendeteksi setiap kata di dalam email dan kemudian mengirimkan setiap iklan yang berhubungan dengan kata-kata tersebut. Boom! hasilnya tentu saja menjadi bentuk iklan yang sangat-sangat targeted. Masalahnya adalah, apakah akan berhenti sampai disitu saja. Wallahualam.
Walaupun sudah bersusah payah untuk menangkis berita dari Edward Snowden, mata-mata yang membocorkan rahasia Amerika ke publik, yang mengatakan bahwa Google adalah salah satu perusahaan yang membocorkan data penggunanya ke NSA melalui PRISM Program. PRISM adalah nama kode untuk program pengumpulan data via internet yang didukung oleh Protect America Act. Awalnya, program ini dipakai untuk mencegah terorisme dengan membuka data dan akses ke setiap akun yang dicurigai oleh National Security Agency (NSA) akan membahayakan bagi Amerika. Perusahaan besar yang berpartisipasi dalam program ini adalah : Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, YouTube, Skype, AOL dan Apple. Terakhir, Dropbox pun disebut akan join. Tentu saja, semua perusahaan ini membantah dengan keras keterlibatan mereka dalam PRISM.
Apapun itu, Google adalah raksasa besar. Karena besar berarti patut untuk sombong. Hanya saja, kesombongan itu tidak berarti di China. Entah kenapa, sekarang saya jadi mengerti mengapa Cnina menolak mentah-mentah Google dan men-support habis search engine domestik : Baidu. Tindakan yang dahulu dikecam banyak orang dunia, karena menghalangi globalisasi informasi katanya, sekarang menuai pujian. Hanya dengan keberanian semacam inilah, sebuah bangsa akan berdaulat besar. Kekuatan perusahaan global, yang didukung oleh Amerika, kemudian masuk menembus batas investasi dan ruang private, wajib dicurigai. Sayangnya negara kita tercinta ini masih malu-malu apabila berhubungan dengan perusahaan luar negeri. Lihat saja berapa banyak hasil alam kita yang dibawa ke luar negeri, oleh perusahaan luar negeri. Akankah, hasil intelektual kita termasuk pemikiran dan teknologi, akan dikuasai oleh perusahaan asing juga? Betulkan Google sedemikian murah hati untuk memasang muka manis dengan Pemerintah Indonesia? Ini adalah dosa besar yang sudah dan akan diperbuat Google terhadap bangsa ini.
1. Sebelum Membeli Android, Ini Harus Tahu
Setiap kali pertama kali kita mengaktifkan smartphone android, akan ada notifikasi agar memasukkan akun Google kita. Saya baru menyadari ini sedikit janggal ketika sadar bahwa akun tersebut tidak akan pernah tertutup selama kita memakai android yang sama. Artinya, semua bisnis Google : Search Engine, Video: YouTube, Maps, Gmail dan Chrome termasuk Google CheckOut (sekarang Google wallet) akan terus berada dalam posisi ‘on’. Here’s the problem : ketik kata ’email’ maka kita akan diarahkan ke Gmail, padahal Gmail adalah layanan email yang ketiga terbesar di dunia. Yang pertama adalah YahooMail. Termasuk ketika kita ketik kata ‘analytic’ atau ‘translate’, tebak apa yang keluar pertama kali. Pencarian anda di Android tidak akan pernah fair. Google-lah yang berkuasa dan ini tidak pernah dikomunikasikan ke publik.
2. Google Maps : Intelejen atas nama Peta
Saya pernah posting di Bixbux ini tentang bagaimana Google Maps bisa sangat membahayakan. Ini sungguh terjadi. Dengan leluasa Google bisa mendeteksi dimana kita berada. Pejabat tinggi negara, lokasi instalasi militer sampai dengan lokasi rahasia akan terkuak dengan mudah. Jangan lupa, berdasarkan undang-undang kita, peta dasar sebuah wilayah hanya bisa disediakan oleh negara. Google sudah melanggar ini dengan menyediakan peta dasar setiap inchi ibu pertiwi. Pertanyaan : apakah anda yakin Google gak bisa liat berapa banyak tank atau pesawat kita yang diparkir di outdoor? Atau berapa banyak anggota militer kita dengan mengidentifikasi berapa banyak markas/barak militer yang kita punyai? Bagaimana dengan istana negara, yakinkah kalau presiden kita terbebas dari ancaman? Secara keluar masuknya kendaraan di istana negara dapat diketahui Google secara real time?
3. Adsense Publisher Indonesia? Banned!
Saya tidak menyalahkan Google karena banyak mem-banned akun adsense dari publisher asal Indonesia. Banyak banget sekarang penyedia layanan ads, baik itu ads-network atau traffic source company, yang menolak publisher dari Indonesia hanya karena banyaknya ‘fraud’ yang dilakukan. Yang tidak boleh dilupakan adalah : Google pun mencari uang di Indonesia. Pemasang iklan di Google dari Indonesia bisa dikatakan sangat potensial. Ketakutan Google ini ditandai dengan dibukanya kantor Google secara diam-diam. Sempat ada kontroversi apakah perlu Google memasang server di Indonesia, tetapi lambat laun berita itu senyap karena Google meng-klaim hanya mengaktifkan biro iklannya saja di Jakarta. Mau biro iklan atau apapun itu, uang dari advertiser asal Indonesia tetap saja ditarik mulus ke Singapore (kantor Google ada disana) sebelum dilarikan dengan senyuman ke Amerika.
Kalau perusahaan sebesar ini selalu menyalahkan Publishernya dan mendewakan Advertiser, terus mengapa setiap dollar dari akun yang ter-banned, yang selalu dibilang akan dikembalikan ke pemasang iklan (advertiser) tidak pernah terjadi. Kejadian ini pernah ditelusuri oleh rekan saya, Harrison Gervitz, yang akun adsense-nya dibanned, tetapi uangnya tidak pernah kembali ke advertiser (Harrison juga pemasang iklan di Google, pemegang akun premium Adwords).
4. Menguasai Pasar Indonesia dari Luar
Mengapa pemerintah Indonesia begitu tunduk terhadap Google? Jawabannya cuma satu : karena rakyat kita begitu bangga dengan produk yang mendunia. Lihat saja betapa orang kita sangat bangga berkenalan dengan orang-orang Google. Atau ketika terlibat dalam berbagai acara yang diselenggarakan oleh Google. They are not a God. Mereka adalah penguasa pasar search engine di Indonesia. Adakah search engine lokal yang sering kita pakai? No, gak ada. Terus kenapa tidak ada program pemerintah untuk memakai produk lokal, bahkan dalam kita berinternet? Jutaan traffic dari Indonesia saat ini betul-betul dikuasai oleh berbagai perusahaan luar negeri, dari luar negeri dan tidak ada perlindungan sama sekali dari pemerintah lokal. Apabila ada dispute, undang-undang ynag dipakai tentu saja undang-undang dimana kantor Google itu berada. Undang-undang Indonesia? Maaf ya, gak akan dipake, kecuali yang mengatur iklan digital. Eh, emang ada ya?
5. Google Play? Developer Indonesia Harap Menyingkir
Ini sangat riil. Tidak seperti Apple, Google tidak memperbolehkan developer aplikasi asal Indonesia, yang tinggal di Indonesia dengan akun bank Indonesia untuk ‘mencari uang’ di pasar aplikasi Android miliknya: Google Play. Bandingkan dengan berapa banyaknya pengguna Android di Indonesia. Di tahun 2011 saja, pengiriman smartphone Android ke Indonesia tumbuh 22 persen secara berurutan. Secara global, 48 miliar aplikasi Android yang sudah diinstal dan 2.5 miliar terakhir didapat hanya dalam kurun waktu 4 bulan saja. Untuk itu Google juga mengakui bahwa kini pendapatan mereka lebih banyak dari Google Play Store dibanding tahun lalu dan pendapatan per penggunaan juga meningkat 2.5 kali. Hal tersebut diungkap dalam acara Google I/O 2013 yang diselenggarakan diMoscone Center West, San Fransisco pada bulan Mei 2013. Jadi, operating systemnya masuk ke Indonesia (90% melalui handset Samsung), aplikasinya banyak diunduh orang Indonesia, tetapi orang Indonesia, yang tinggal di bumi pertiwi, dengan akun bank lokal, tidak diperbolehkan menjual aplikasi berbayar di Google Play. Dimana keadilan?
6. There ain’t no such thing as a free lunch!
Artinya : gak ada itu namanya makan siang gratis, semua ada timal baliknya. Oke, Google di Indonesia mempunyai program Bisnis Lokal Go Online. Salah satu programnya adalah menyediakan domain dan hosting gratis untuk 100.000 pengusaha kecil yang akan menggarap pasar online. Secara khusus disebutkan, saat ini hanya ada 75.000 UKM dari 17 juta UKM yang memiliki website sendiri. Santa claus? Wait, tunggu dulu. Bantuan lain dari program ini adalah Bantuan dari Google ini secara lebih rinci yaitu:
(1) Gratis domain “.co.id” untuk satu tahun pertama setelah pendaftaran. Untuk tahun berikutnya peserta UKM akan dikenakan biaya maksimal Rp 150.000 per tahun,
(2) Gratis konsultasi dan edukasi bisnis yang berkelanjutan,
(3) Gratis iklan online dan terdaftar di Google Maps,
(4) Kupon AdWords bernilai Rp 500.000 untuk 100.000 pendaftar pertama yang telah mengaktifkan situs mereka dan memiliki akun di AdWords. Hhmm..tiga dari empat poin di atas memakai kata gratis. Oke, tetap saja gak akan gratis selamanya, tetapi kita semua tahu, mempunyai website saja tidaklah cukup bagi sebuah perusahaan. Perjuangan untuk mendapatkan ranking pertama di search engine itu yang justru menarik. Akankah Google memberikan insentif posisi hasil search engine? Kecuali produk Amazon (karena 3 board director-nya Google dulunya dari Amazon, bahkan Amazon konon mempunyai integrasi platform ads PPC yang khusus dr Google), jangan harap Google akan mengulurkan tangan. Kapitalis bernama Google ini akan terus menarik setiap rupiah yang kita punya ke luar negeri.
Terus terang, saya bukan antipati terhadap Google. Tetapi rasanya memang perusahaan ini perlu penyeimbang yang sebanding. Investasinya dipajak lebih banyak kek, atau harus bersikap ramah terhadap bangsa ini. Entah kenapa saya mempunyai keyakinan, kalau presiden kita masih Soekarno, tidak akan harkat dan martabat bangsa ini diinjak sedemikian dalam oleh perusahaan luar negeri. Sedih, tapi kita akan selalu diposisi yang kalah oleh Google. Gak percaya, yuk kita ‘googling’ lagi aja, daripada mikir yang beginian .
Langganan:
Postingan (Atom)